Terapi Kecemasan Pada Pasien di Rumah Sakit

Header Menu


Terapi Kecemasan Pada Pasien di Rumah Sakit

Ruang Dakwah Medis Indonesia
Jumat, 31 Maret 2023


Solo – Masalah kecemasan menjadi masalah kesehatan klasik bagi pasien yang akan menjalani tindakan medis di Rumah Sakit. Baik itu tindakan medis secara mayor ataupun tindakan medis secara minor. Tindakan medis secara mayor adalah tindakan medis yang dilakukan dalam skala besar seperti operasi pembedahan, tindakan yang memerlukan tindakan anestesi untuk meminimalisasi nyeri. Sedangkan tindakan medis minor adalah tindakan medis dalam skala kecil yang tidak memerlukan pembiusan secara skala besar dan tidak mengancam jiwa.

Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji ketika memberikan materi Terapi Cemas pada mahasiswa praktek di kamar operasi/Foto : Dokpri

Tindakan medis pada pasien pada umumnya akan mengakibatkan masalah baru pada pasien dirumah sakit. Salah satunya masalah baru yang ditimbulkan adalah kecemasan. Kecemasan pada pasien akan bermasalah apabila gejala tersebut mengganggu pasien sehingga bisa mempengaruhi sistem hemodinamik pada pasien di Rumah Sakit.

Sistem hemodinamik tubuh merupakan sistem aliran darah dalam sistem peredaran tubuh, baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva (sirkulasi dalam paru paru). Dalam kondisi normal, hemodinamik akan selalu dipertahankan dalam kondisi yang fisiologis dengan kontrol neurohormonal.

Masalah kecemasan yang dialami pasien akan menganggu serta membuat perubahan tanda – tanda vital pada pasien. Pada pasien yang akan menjalani operasi sebelumnya akan diberikan pendidikan kesehatan dikamar operasi terlebih dahulu, tujuannya adalah supaya pasien ketika akan masuk ke kamar operasi tidak akan terjadi kecemasan yang berat. Kecemasan yang berat akan membuat kekacauan sistem hormon didalam tubuh manusia serta meningkatkan tanda – tanda vital manusia. Padahal kontra indikasi pelaksanaan tindakan operasi tidak boleh tanda – tanda vital abnormal, pada pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah atau krisis hipertensi umumnya dokter akan melakukan implementasi supaya tanda – tanda vital kembali normal.

Dalam diagnosa keperawatan terbaru dalam menegakkan Ansietas harus mencakup data major dan data minor. Data tersebut antara lain : pada data mayor pada data subjektif pasien mengatakan merasa bingung, ,erasa kwatir dengan akibat kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi sedangkan pada data objektif adalah pasien tampak gelisah dan pasien tampak tegang serta sulit tidur. Sedangkan pada gejala dan tanda minor ansietas adalah pada data subjektif menunjukkan pasien mengeluh pusing, terjadi anoreksia, palpitasi dan merasa tidak berdaya. Sedangkan pada data objektif minor didapatkan hasil terjadi peningkatan pada frekeunsi nafas, frekuensi nadi, tekanan darah, terjadi diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih dan berorientis pada masa lalu.

Pada penatalaksanaan Ansietas terdiri dari penatalaksanaan Farmakologis dan penatalaksanaan non farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis sendiri salah satunya adalah Psikofarmaka yaitu penatalaksanaan menggunakan obat medis. Penatalaksanaan farmakologis yang lain adalah Terapi somatik yaitu terapi yang bertujuan untuk mengatasi gejala yang muncul pada pasien.

Sedangkan Penatalaksanaan non farmakologis Ansietas antara lain Psikoterapi suportif dimana pasien diberikan terapi berupa semangat yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi pasien. Terapi re edukatif adalah dimana pasien diberikan terapi pendidikan kesehatan secara ulang setelah sebelumnya pasien sudah diberikan pendidikan kesehatan oleh tim medis lain tetapi kurang paham. Sedangkan terapi re konstruktif merupakan terapi pada pasien yang bertujuan untuk membangun kembali edukasi pasien secara utuh. Psikoterapi kognitif merupakan mengajarkan pasien terapi kecemasan dengan peningkatan pengetahuan pasien tentang penyakitnya saat ini. Terapi kecemasan yang lain yaitu Psikodinamik terapi wicara yang dilakukan oleh profesional medis untuk membantu pasien mereka menemukan kelegaan dan mencapai solusi. Melalui terapi psikodinamika ini, orang tersebut dapat memahami pikiran, perasaan, dan konflik yang berkontribusi pada perilakunya. Kemudian Psikoterapi Keluarga salah satu terapi yang melibatkan peran pihak keluarga. Dan yang terakhir adalah terapi Psikoreligius yaitu Pelaksanaan terapi psikoreligius berbentuk berbagai ritual keagamaan, yang dalam agama Islam seperti melaksanakan shalat, puasa berdoa, berdzikir dan aktivitas keagamaan yang lain.

Terapi non farmakologis yang lain yang bisa menurunkan kecemasan antara lain terapi relaksasi nafas dalam, terapi distraksi, terapi guided imagery dan terapi musik klasik. Terapi ini merupakan terapi yang mudah diberikan pada pasien, serta mudah diajarkan pada pasien sehingga selain bisa dipraktekkan langsung dirumah sakit juga bisa dipraktekkan secara mandiri dirumah pasien.

Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji menyampaikan bahwa menurut Helter (2014) untuk tingkatan Ansietas terdiri dari 4 kelas yaitu ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat, dan panik. Ansietas ringan (Mild Anxiety) merupakan bentuk kecemasan yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas sedang atau  Ansietas sedang (Moderate Anxiety) merupakan jenis kecemasan yang memusatkan perhatian pada hal – hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Perhatian seseorang menjadi selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah lewat arahan dari orang lain. Kecemasan Berat merupakan kecemasan yang memusatkan pada sesuatu yang terlihat dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal ini. Sedangkan yang terkhir Panik merupakan tingkat kecemasan yang tertinggi dimana rasa takut dan cemas yang bisa tiba-tiba membuat kita kewalahan dan biasanya diiringi dengan gejala fisik lainnya yang akut, seperti napas tersengal-sengal, dan jantung berdegup kencang. Tingkat kecemasan ini memicu depresi pada pasien dan bisa beresiko terjadi gangguan kejiwaan pada pasien apabila tidak segera dilakukan penatalaksanaan untuk mengatasi masalah kecemasan tersebut. *Red